Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian menjelaskan semua alat pengambilan data yang digunakan, proses pengumpulan
data, dan teknik penentuan kualitas instrumen
(validitas dan reliabilitas). Karena itu instrumen penelitian sebelum digunakan
untuk mengambil data terlebih dahulu harus diujicobakan pada siswa di luar
kelas penelitian, dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen tes yang
akan digunakan, sesuai standar instrumen atau tidak.
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal obyektif sebanyak 30 soal pilihan ganda dengan bentuk
analisis kasus. Budiyono (2011: 23),
menjelaskan tes bentuk pilihan ganda terdiri dari batang tubuh yang berupa suatu pernyataan, atau pernyataan yang
belum lengkap, atau suatu peryataan,
yang diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban. Batang tubuh tadi disebut stem. Kemungkinan jawaban disebut option. Option merupakan jawaban
yang benar disebut kunci (key)
dan option-option yang bukan kunci
jawaban disebut pengecoh.
Langkah-langkah
dalam penyusunan butir soal adalah sebagai berikut:
1.
Soal Membuat kisi-kisi;
2.
Menyusun soal-soal tes
beserta kuncinya;
3.
Menelaah butir soal
tes;
4.
Merevisi butir soal tes;
5.
Mengadakan uji coba tes;
6.
Menguji reliabilitas,
validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran;
7.
Menentukan butir tes
yang digunakan.
Instrumen
tersebut terlebih dahulu diuji cobakan sebelum digunakan sehingga didapatkan instrumen yang baik. Uji ini coba
ini merupakan validitas, reabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda.
a.
Uji
validitas
Menurut Arikunto (2009: 64) bahwa validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah.
1)
Validitas
isi
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam uji validitas isi meliputi tahap
membuat kisi-kisi butir tes. Kriteria penelaahan dalam uji
validitas ini meliputi :
1. Butir soal sesuai dengan kisi-kisi soal;
2. Materi pada butir soal
dapat dipahami oleh siswa;
3. Kalimat
soal dapat dipahami oleh siswa;
4.
Kalimat soal
tidakmenimbulkan penafsiaran ganda;
5.
Butir tes tidak
termasuk dalam kategori soal yang terlalu mudah atau terlalu
sukar.
2)
Validitas butir tes
Menurut Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk
menilai apakah suatu instrumen mempunyai
validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan
adalah melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Langkah berikutnya adalah para penilai
menilai apakah masing-masing butir tes
yang telah disusun cocok atau relevan dengan kisi-kisi yang ditentukan.
Sedangkan
menurut Arikunto (2009: 72-73)
untuk mengetahui validitas butir soal
digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut.
Keterangan:
r xy = Koefisien kolerasi antara variabel x dan variabel y dua variabel yang dikolerasikan
N = Banyaknya subjek yang dikenai Instrumen
X = Skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y = Total skor (dari subjek uji coba)
Instrument tersebut dikatakan Valid apabila rxy > 0,497 dilihat pada tabel Product Moment dengan N = 16 dan taraf
signifikan 5%.
b.
Uji
reliabilitas
Menurut
Sugiyono (2008: 121) “instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama”. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
tes objektif denganpenilaian setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Dalam penelitian
ini dihitung menggunakan rumus Kuder-Richardson dengan KR-20.
Keterangan :
r11 = reliabilitas
tes secara keseluruhan
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi
adalah akar varians)
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang
menjawab item dengan salah (1-p)
Arikunto (2009: 100-101)
Instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥
rtabel dengan α = 5% (Arikunto, 2009: 101). Setelah dilakukan uji
reliabilitas pada 30 butir soal
didapatkan indeks reliabilitas 0,89maka r11 >
0,70 yang artinya bahwa soal uji coba tersebut adalah reliabel.
c.
Daya Pembeda Soal
Menurut Arikunto
(2009: 211) “Daya pembeda soal adalah kemampuan
sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuanrendah.
“Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar). Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu kelompok pandai atau
kelompok atas (upper group) dan
kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group).
Arikunto (2009: 213) menyatakan daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan :
D = indeks daya
pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P
sebagai indeks kesukaran)
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar.
Klasifikasi daya pembeda:
D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D = 0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory)
D = 0,41 – 0,70 : baik (good)
D = 0,71 – 1,00 : baiksekali (excellent)
D = negatif, semuanya tidak baik
Butir-butir
soal yang digunakan adalah butir-butir soal
yang mempunyai Indeks daya pembeda lebih
dari 0,40 (D > 0,40).
d.
Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar
soal pada tingkat kemampuan tertentu
yang biasa dinyatakan dengan indeks. Indeks ini
biasa dinyatakan dengan proporsi yang besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00.
Cara melakukan analisis
untuk menentukan tingkat
kesukaran soal adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
P = B/JS
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut Arikunto (2009: 208) bahwa ketentuan
yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
b. Soal dengan P 0,31sampai 0,70 adalah soal sedang
c. Soal dengan P 0,71 sampai 1,0
adalah soal
mudah
Sejalan
dengan pernyataan di atas, Arikunto
(2009: 207)
menyatakan bahwa
soal yang dianggap
baik, yaitu soal-soal sedang,
adalah soal-soal yang mempunyai
indeks kesukaran
0,31 sampai dengan 0,70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar