Senin, 08 April 2019

Instrumen Penelitian


 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menjelaskan semua alat pengambilan data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen  (validitas dan reliabilitas). Karena itu instrumen penelitian sebelum digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu harus diujicobakan pada siswa di luar kelas penelitian, dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen tes yang akan digunakan, sesuai standar instrumen atau tidak. 
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal obyektif  sebanyak 30 soal pilihan ganda dengan bentuk analisis kasus. Budiyono  (2011: 23), menjelaskan tes bentuk pilihan ganda terdiri dari batang tubuh yang  berupa suatu pernyataan, atau pernyataan yang belum lengkap, atau suatu  peryataan, yang diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban. Batang tubuh tadi  disebut stem. Kemungkinan  jawaban disebut option. Option merupakan jawaban  yang benar disebut kunci (key) dan option-option yang bukan kunci jawaban  disebut pengecoh.
Langkah-langkah dalam penyusunan butir soal adalah sebagai berikut:
1.         Soal Membuat kisi-kisi;
2.         Menyusun soal-soal tes beserta kuncinya;
3.         Menelaah butir soal tes;
4.         Merevisi butir soal tes;
5.         Mengadakan uji coba tes;
6.         Menguji reliabilitas, validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran;
7.         Menentukan butir tes yang digunakan.
Instrumen tersebut terlebih dahulu diuji cobakan sebelum digunakan sehingga  didapatkan instrumen yang baik. Uji ini coba ini merupakan validitas, reabilitas,  tingkat kesukaran dan daya pembeda.
a.     Uji validitas
Menurut Arikunto (2009: 64) bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat  kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih  mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti  memiliki validitas rendah.
1)        Validitas isi
              Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas isi meliputi tahap  membuat kisi-kisi butir tes. Kriteria penelaahan dalam uji validitas ini meliputi :
1.      Butir soal sesuai dengan kisi-kisi soal;
2.      Materi  pada butir soal dapat dipahami oleh siswa;
3.      Kalimat soal dapat dipahami oleh siswa;
4.      Kalimat soal tidakmenimbulkan penafsiaran ganda;
5.      Butir tes tidak termasuk dalam kategori soal yang terlalu mudah atau  terlalu  sukar.
2)        Validitas butir tes
            Menurut Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah  suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan  adalah melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar).  Langkah berikutnya adalah para penilai menilai apakah masing-masing butir tes  yang telah disusun cocok atau relevan dengan kisi-kisi yang ditentukan.
            Sedangkan menurut Arikunto (2009: 72-73) untuk mengetahui validitas  butir soal digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut.         
                        
            Keterangan:
                 r xy = Koefisien kolerasi antara variabel x dan variabel y dua variabel yang dikolerasikan
       N     = Banyaknya subjek yang dikenai Instrumen
       X     = Skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
       Y      = Total skor (dari subjek uji coba)
              Instrument tersebut dikatakan Valid apabila rxy > 0,497  dilihat pada tabel Product Moment dengan N = 16 dan taraf signifikan 5%.
b.        Uji reliabilitas
Menurut Sugiyono (2008: 121) “instrumen yang reliabel adalah instrumen  yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan  menghasilkan data yang sama”. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes  objektif  denganpenilaian setiap jawaban benar  diberi skor 1 dan jawaban yang  salah diberi skor  0. Dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Kuder-Richardson dengan KR-20.
Keterangan :
r11    = reliabilitas tes secara keseluruhan
n     = banyaknya item
S     = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
p     = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q     = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (1-p)
     Arikunto (2009: 100-101)
Instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ rtabel dengan α = 5% (Arikunto,  2009: 101). Setelah dilakukan uji reliabilitas pada 30 butir  soal didapatkan indeks  reliabilitas 0,89maka r11 > 0,70 yang artinya bahwa soal uji coba tersebut adalah  reliabel.
c.      Daya Pembeda Soal
            Menurut Arikunto (2009: 211) “Daya pembeda soal adalah kemampuan  sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan  tinggi) dengan siswa yang berkemampuanrendah. “Angka yang menunjukkan  besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar).  Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pandai  atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah  (lower group).
            Arikunto (2009: 213) menyatakan daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan :
       D       = indeks daya pembeda
BA       = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB       = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
JA        = banyaknya peserta kelompok atas
       JB        = banyaknya peserta kelompok bawah
PA      = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai   indeks kesukaran)
PB      = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Klasifikasi daya pembeda:
D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D = 0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory)
D = 0,41 – 0,70 : baik (good)
D = 0,71 – 1,00 : baiksekali (excellent)
D = negatif, semuanya tidak baik
            Butir-butir soal yang digunakan adalah butir-butir soal yang mempunyai Indeks daya pembeda lebih dari 0,40 (D > 0,40).
d.      Tingkat Kesukaran Soal
        Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar soal pada  tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. Indeks ini  biasa dinyatakan dengan proporsi yang besarnya antara 0,00 sampai dengan  1,00.
        Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = B/JS
Keterangan:
P     = indeks kesukaran
B     = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS   = jumlah seluruh siswa peserta tes
            Menurut Arikunto (2009: 208) bahwa ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
a.    Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
b.    Soal dengan P 0,31sampai 0,70 adalah soal sedang
c.    Soal dengan P 0,71 sampai 1,0 adalah soal mudah                     
Sejalan dengan pernyataan di atas, Arikunto (2009: 207) menyatakan bahwa soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang, adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,31 sampai dengan 0,70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar