Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE)
a.
Model Pembelajaran Kooperatif
1.
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menurut
Tukiran (2012: 55) adalah sistem pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesame siswa
dalam tugas-tugas yang kooperatif. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan
pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih sekedar
belajar kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau
tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi
secara terbuka dan hubungan yang bersifat interpendensi efektif di antara
anggota kelompok.
2.
Konsep
Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan
perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Dengan
pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah,
asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru,
tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi untuk menghindari terjadinya
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang
dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
3.
Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat
elemen-elemen yang berkaitan, yaitu:
a.
Saling
ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan
suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa
disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui :
saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan
tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling
ketergantungan hadiah.
b.
Interaksi
tatap muka
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap
muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru
tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah
belajarnya dengan teman sebaya.
c.
Akuntabilitas
individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam
belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya
disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok
tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus
memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan
akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada
rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
d.
Keterampilan
menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar
siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi
akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.
4.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda
dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana
keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan
tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam Tukiran (2012: 60) adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu :
a.
Hasil
Belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan
dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik
pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b.
Penerimaan
terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c.
Pengembangan
keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini
banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
b.
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
1.
Pengertian Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining (SFAE)
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
(SFAE) adalah model pembelajaran
dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya
(Aqib, Zainal: 28). Pada model pembelajaran ini siswa belajar bicara menyampaikan
ide dan gagasan. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
(SFAE) termasuk dalam kategori Pembelajaran
Aktif. Kata “Aktif” dalam Pembelajaran Aktif berarti pembelajaran yang menumbuhkan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya dan mengemukakan gagasannya.
Dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
(SFAE) ini
siswa diharapkan dapat berinteraksi dalam proses pembelajaran dan keaktifan
siswa mampu diperbaiki.
Model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan bahwa
belajar berpusat pada siswa. Model ini memanfaatkan potensi siswa untuk dapat
menjelaskan materi yang telah diajarkan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar
siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Model ini menjadikan siswa
sebagai fasilitator dan diajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan
pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik serta kreatif,
sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih
menarik serta menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk menghasilkan karya
yang diperlihatkan kepada teman-temannya. Dengan demikian pembelajaran siswa
tidak hanya mendengarkan dan guru hanya menerangkan di depan kelas saja. Namun
diperlukan keaktifan siswa di dalam pembelajaran, sehingga hasil dari proses
pembelajaran menjadi lebih baik.
2.
Langkah-langkah
Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
a)
Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai/KD (Kompetensi Dasar).
b)
Guru mendemonstrasikan atau menyajikan
garis-garis besar materi pembelajaran.
c)
Memberikan kesempatan siswa
untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta
konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
d)
Guru menyimpulkan ide atau pendapat
dari siswa.
e)
Guru menerangkan semua materi
yang disajikan saat itu.
f)
Penutup (Aqib, Zainal : 28).
c.
Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
Kelebihan Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining (SFAE)
Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Kekurangan Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining (SFAE) adalah adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil dan banyak siswa yang kurang aktif.
d.
Tujuan Student Facilitator
and Explaining (SFAE)
Terdapat tiga tujuan
Pembelajaran Kooperatif yaitu :
1.
Hasil Akademik
Pembelajaran Kooperatif
bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah
maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi
memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan
bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan
meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor
membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di
dalam materi tertentu.
2. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari
Model Pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang
berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari
Pembelajaran Kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama
dan kolaborasi. Pembelajaran matematika dengan cooperative learning dapat
meningkatkan daya nalar dan daya pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan
menghafal. Anak dapat merasakan bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal
sehingga mereka akan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar
matematika. Coopertive learning yang meningkatkan hubungan kerjasama
antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan hasil dari
cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan seorang yang
bekerja keras dan dapat bekerja sama.
e.
Prinsip Model Student
Facilitator and Explaining (SFAE)
Pembelajaran kooperatif Student
Facilitator and Explaining (SFAE) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Salah satu model pembelajaran adalah
untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang
mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE). Dikatakan dari
hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat
meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi.
Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa.
Karena pada model Student Facilitator and Explaining (SFAE) atau bermain
peran ini suatu cara penguasaan siswa terhadap beberapa ketrampilan diantaranya
ketrampilan berbicara, menyimak, pemahaman pada teks bacaan, maupun ketrampilan
lainnya. Selain itu dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan, dan rasa
senang (Shoimin, Aris, 2016: 184).
Salah satu metode yang
digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan
belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembeljaran kooperatif Student
Facilitator and Explaining (SFAE).
f.
Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah salah satu
model pembelajaran yang dimana secara
lisan atau penjelasan langsung kepada siswa. Model ini juga sering disebut sebagai
model pembelajaran tradisional. Pembelajaran dengan model ini diiringi dengan penjelasan serta pembagian
tugas dan latihan, dimana siswa lebih
banyak mendengarkan penjelasan dari guru di depan kelas dan mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran konvensional mempunyai ciri-ciri
yaitu pembelajaran berpusat pada guru, terjadi
pembelajaran yang pasif atau bersifat satu arah, dan jumlah siswanya juga relatif banyak.
Adapun sintaks pembelajaran konvensional
adalah sebagai berikut :
1)
Menyampaikan tujuan.
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.
2)
Menyajikan informasi.
Guru
menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah.
3)
Mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik.
Guru
mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpa balik.
4)
Memberikan kesempatan latihan
lanjutan.
Guru
memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah.
Kelebihan
dan kekurangan dari pembelajaran konvensional menurut Sanjaya (2010: 148) antara lain :
1.
Kelebihan
a.
Dapat
menampung kelas besar dan setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan penjelasan guru.
b.
Kemampuan
masing-masing siswa kurang mendapatkan perhatian, sehingga isi dari silabus
dapat mudah diselesaikan.
c.
Bahan
pelajaran dapat diberikan secara urut sesuai kurikulum.
2.
Kekurangan
a.
Materi
yang dapat dikuasai siswa terbatas pada apa yang dikuasai guru.
b.
Sangat
sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
c.
Membosankan
bagi peserta.
d.
Kurang
merangsang kreativitas dan sulit mengetahui apakah siswa mengerti atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar