Senin, 08 April 2019

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE)


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE)

a.    Model Pembelajaran Kooperatif
1.    Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menurut Tukiran (2012: 55) adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang kooperatif. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih sekedar belajar kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interpendensi efektif di antara anggota kelompok.
2.        Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi untuk menghindari terjadinya ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
3.        Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan, yaitu:
a.         Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.
b.        Interaksi tatap muka
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
c.         Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
d.        Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.
4.        Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif  berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam Tukiran (2012: 60) adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu :
a.         Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b.        Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c.         Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
b.        Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
1.        Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) adalah model pembelajaran dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya (Aqib, Zainal: 28). Pada model pembelajaran ini siswa belajar bicara menyampaikan ide dan gagasan. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) termasuk dalam kategori Pembelajaran Aktif. Kata “Aktif” dalam Pembelajaran Aktif  berarti pembelajaran yang menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya dan mengemukakan gagasannya. Dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) ini siswa diharapkan dapat berinteraksi dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa mampu diperbaiki.
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan bahwa belajar berpusat pada siswa. Model ini memanfaatkan potensi siswa untuk dapat menjelaskan materi yang telah diajarkan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Model ini menjadikan siswa sebagai fasilitator dan diajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik serta kreatif, sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik serta menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk menghasilkan karya yang diperlihatkan kepada teman-temannya. Dengan demikian pembelajaran siswa tidak hanya mendengarkan dan guru hanya menerangkan di depan kelas saja. Namun diperlukan keaktifan siswa di dalam pembelajaran, sehingga hasil dari proses pembelajaran menjadi lebih baik.
2.        Langkah-langkah Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
a)      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD (Kompetensi Dasar).
b)      Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
c)      Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
d)     Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.
e)      Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f)       Penutup (Aqib, Zainal : 28).
c.         Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) adalah adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil dan banyak siswa yang kurang aktif.
d.        Tujuan Student Facilitator and Explaining (SFAE)
Terdapat tiga tujuan Pembelajaran Kooperatif yaitu :
1.        Hasil Akademik
Pembelajaran Kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
2.      Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari Model Pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
3.      Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari Pembelajaran Kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Pembelajaran matematika dengan cooperative learning dapat meningkatkan daya nalar dan daya pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan menghafal. Anak dapat merasakan bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal sehingga mereka akan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Coopertive learning yang meningkatkan hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.
e.         Prinsip Model Student Facilitator and Explaining (SFAE)
Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFAE) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Salah satu model pembelajaran adalah untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE). Dikatakan dari hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi. Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa. Karena pada model Student Facilitator and Explaining (SFAE) atau bermain peran ini suatu cara penguasaan siswa terhadap beberapa ketrampilan diantaranya ketrampilan berbicara, menyimak, pemahaman pada teks bacaan, maupun ketrampilan lainnya. Selain itu dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan, dan rasa senang (Shoimin, Aris, 2016: 184).
Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembeljaran kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFAE).
f.         Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran  yang dimana secara lisan atau penjelasan langsung kepada siswa. Model ini juga sering disebut sebagai model pembelajaran tradisional. Pembelajaran dengan  model ini diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan, dimana  siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru di depan kelas dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran konvensional mempunyai ciri-ciri yaitu pembelajaran  berpusat pada guru, terjadi pembelajaran yang pasif atau bersifat satu arah, dan jumlah  siswanya juga relatif banyak.


Adapun sintaks pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut :
1)        Menyampaikan tujuan. 
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada  pelajaran tersebut.
2)        Menyajikan informasi. 
Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan  metode ceramah.
3)        Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. 
Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpa balik.
4)        Memberikan kesempatan latihan lanjutan. 
Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah.
Kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran konvensional menurut Sanjaya  (2010: 148) antara lain :
1.        Kelebihan
a.         Dapat menampung kelas besar dan setiap siswa mempunyai kesempatan  yang sama untuk mendengarkan penjelasan guru.
b.        Kemampuan masing-masing siswa kurang mendapatkan perhatian, sehingga isi dari silabus dapat mudah diselesaikan.
c.         Bahan pelajaran dapat diberikan secara urut sesuai kurikulum.
2.        Kekurangan
a.         Materi yang dapat dikuasai siswa terbatas pada apa yang dikuasai guru.
b.        Sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa  yang dijelaskan atau belum.
c.         Membosankan bagi peserta.
d.        Kurang merangsang kreativitas dan sulit mengetahui apakah siswa mengerti atau tidak.         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar