Jumat, 15 Januari 2016

PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN



PARADIGMA KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

1.      Makna dan Lingkungan Konstruktivistik
Konstruktivis sebagai satu konsep yang banyak membicarakan masalah pembalajaran, diharapakan menjadi landasan intelektual untuk menyusun dan menganalisis problem pembelajaran dalam pergulatan dunia pendidikan. Konstruktivis berarti bersifat membangun. Konstruktivisme merupakan suatu aliran yang berupa membanguntata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Konstruktivis berupaya mencari kesempatan antara sesama manusia, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkunagnny. Maka proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan ini perlu membangun kemandirian anak untuk mengelola pola pikir yang secara terarah. Dalam teori peran guru adalah menyediakan suasana dimana pra siswa mendesain dan mengarahkan kegiatan belajar itu lebih banyak daripada menginginkan bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan ide-ide.  

2.      Memahami Paradigma Konstrutivisme
Konstruktivisme merupakan respon terhadap perkembangannya harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam merekayasa dan memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri. Dalam mencermati realitas kehidupan sehari-hari, para konstruktivis mempercayai bahwa pengetahuan itu ada dalam  diri seseorang yang sedang berusaha mengetahui. Pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan dari otak seorang (guru) ke kepala orang lain (siswa).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang terkait erat dengan pengalaman-pengalamnnya. Yanpa pengalaman seseoarang tidak dapat membentuk pengetahuan. Dalam konteks ini, pengalaman tidak diartikan sebagai pengalaman fisik sesorang sebagaiman kita pahami dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep sesorang sewaktu ia berinteraksi dengan lingkungan.
Dalam sebuah kesimpulannnya Gilasersfeld dan Kitchener (1987) memberikan penekanan tentang 3 hal mendasar berkaitan dengan pemahaman tentang gagasan konstruktivisme, yaitu :

1.      Penggetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
2.      Subjek membentuk skema kognitif, ktegori, konsep, dan stuktur yanh perlu untuk pengetahuan
3.      Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

3.      Beberapa Prinsip Tentang Konstruktivistik

Ada 5 prinsip dasar tentang konstruktivis, diantaranya :
a.       Mengahadapi masalah yang relevan dengan siswa
Mengadapai masalah yang relevan dengan siswa adalah dengan bantuan prinsip-prinsip pedagodi yang konstruktivis. Oleh karena relevasinya tidak harus berkaitan dengan kehidupan atau keberadaan siswa terdahulu. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat yang sangat besar terhadap sesuatu merupakan suatu modal besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati.
b.      Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
Susunan sebuah kurikulum seputar konsep utama adalah sebuah dimensi kritik tantang pedagodi konstruktivis ketika mendesain sebuah kurikulum, guru konstruktivis mengorganisasi informasi sekitar problematika konsep, pertanyaan dan situasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Karena siswa merasa disibukkan dengan ide-ide atau problem yang dipresentasikan secara holistik daripada secara terpisah dari bagian-bagian terisolasi.
c.       Mencari dan menilai pendapat siswa
Dalam interaksi belajar mangajar guru tidak hanya berperan menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi ia juga hendaknya mendorong para siswa untuk mau memberikan informasi atau pengetahuannya kepada orang lain, termasuk gurunya.
d.      Menyesuaikan kurikulum untuk menannggapi anggapan siswa
Harus ada hubungan tertentu antara tuntutan kurikulum dan anggapan yang dibawa setiap kedalam kegiatan kulikuler.
e.       Menilai belajar siswa dalam konteks pembelajaran

Sering kali terjadi dimana guru menanyakan satu pertanyaan dan banyak anak mengangkat tangan. Satu per satu jawaban yang diberikan disalahkan guru, sampai akhirnya ada jawaban yang benar.

4.      Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta. Dalam proses pembelajaran siswa bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri.

IMPLIKASI TEORI KONSTRUKTIVITAS

Ø  Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak tidak sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru juga harus memahami proses yang digunakan siswa sehingga sampai pada jawaban tersebut.

Ø  Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas konstruktif, penyajian pengetahuan jadi di (rady made) tidak mendapat penekanan.

Ø  Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pengajaran TOP DOWN daripada BOTTOM UP.

Ø  DISCOVERY LEARNING. Dalam discovery leraning siswa didorong siswa untuk belajar sendiri secara alami.

Ø  Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran khas menerapkan SCAFOLDING, semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarnnya sendiri.

KENDALA YANG MUNGKIN TIMBUL DALAM PENERAPAN TEORI BELAJAR DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVITAS DISEKOLAH-SEKOLAH INDONESIA

Ø  Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun menggunakan pendekatan tradisional.

Ø  Guru konstruktivis dituntut kreatif dalam merencanakan pelajaran dan memilih atau menggunakan media.

Ø  Pendekatan konstruktivis menuntut perubahan siswa evaluasi, yang mungkin belum bisa diterima oleh otoritas pendidik dalam waktu dekat.

Ø  Fleksibilitas kurikulum mungkin masih sulit diterima oleh guru yang terbiasa dengan kurikulum yang terkontrol.

Ø  Siswa dan orang tua mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan mengajar yang baru.

KONDISI OBJEKTIF YANG PERLU DIKEMBANGKAN DI LAPANGAN

Ø  Kurikulum disajikan dari kesatuan ke bagian dengan penekanan konsep utama.

Ø  Pengajaran yang menimbulkan banyak pertanyaan dari siswa sangat dihargai.

Ø  Kegiatan kurikulum bertumbu pada sumber data primer dan materi yang digunakan single text book.

Ø  Siswa dianggap sebagai pemikiran.

Ø  Pada umumnya guru berprilaku secara interaktif menggunakan lingkungan sebagai media belajar.

Ø  Guru mencari sudut pandang siswa untuk memahamkan konsep yang disajikan pada siswa untuk keperluan pembelajaran lebih lanjut.

Ø  Penelitian terjadi menjadi satu dengan pembelajaran dan dilkasanakan dalam bentuk observasi terhadap kerja siswa/tampilan/tugas.





TUJUAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS

Ø  Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

Ø  Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya.

Ø  Membantu siswa untuk mengembangkan pengertuan atau pemahaman konsep secara lengkap.

Ø  Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS

Ø  Mendukung dan menerima otonomi daninisiatif siswa.

Ø  Mengunakan data mentah dan narasumber asli, bersama bahan yang manipulatif, interaktif, dan nyata.

Ø  Ketika memberi tugas, menggunakan istilah kognitif , seperti klasifikasi, analisis, meramalkan, ciptakan, atau bentuk.

Ø  Memperbolehkan jawaban siswa menuntun pelajaran, mengubah strategi pembelajaran dan mengubah isi.

Ø  Mencari tahu tentang pengertian siswa akan konsep yang diberikan sebelum membagi pengertian-pengertian mereka tentang konsep tersebut.

Ø  Mendukung siswa untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru ataupun siswa.

Ø  Mendorong siswa untuk bertanya dengan memberikan bertanyaan terbuka yang mendalam dan juga mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan satu dengan yang lainnya.

Ø  Mencari perluasan dari tanggapan awal siswa.

Ø  Mengajak siswa terlibat dalam pengalaman yang mungkin bertentangan denagn hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong adanya diskusi.

Ø  Memberikan waktu bagi siswa untuk membentuk hungan dengan menciptakan metafora (perumpamaan).

Ø  Mengembangkan keinginan dari siswa dengan sering menggunakan model lingkaran belajar (learning cycle model).

KESUKARAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS

Ø  Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik.

Ø  Guru tidak ingin berubah, mereka tertutup/menahan diri untuk merubah

Ø  Pengajaran secara tradisional bisa sukses dan memperoleh nilai tinngi, mengapa harus berubah ?

Ø  Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivis memerlukan lebih banyak waktu.

Ø  Beban guru sudah terlalu banyak (over load). Merak mengajar 24 jam/45 menit dalam seminggu. Mereka lebih suka rutinitas.

Ø   Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa yang besar.

Ø  Harapan orang tua adalah terpokus pada hasil belajar sedangkan guru pada proses belajar.

Ø  Guru mengajar menurut cara bagaimana mereka disaat kuliah, perubahan dalam praktek mengajar memerlukan perubahan cara mengajar dosen.

Ø  Guru masih beranggapan bahwa mangajar itu menghadapi test akan menekankan pada drilling dan skill.

Ø  Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari kurikulum syarat dengan istilah. Menimbulkan masalah luas cakupan lawan kedalam.

Ø  Guru mengajar diluar bidang studi.

Ø  Problem yang lain adalah guru yang tidak memenuhi kualifikasi.

Ø  Siswa mengharapkan informasi dari guru, mencatat, dan mengerjakan test pilihan ganda.

Ø  Siswa telah terbiasa dengan pembelajaran terpusat pada guru.

Ø  Siswa beranggapan bahwa bertanya itu tidak sopan.

Ø  Tempat duduk siswa permanen.





Perbedaan Situasi Pembelajaran Berdasarkan Pandangan

 Tradisional dan Konstruktivisme

Dimensi
Pembelajaran
Tradisional
Pembelajaran
Konstruktivisme
Ruang lingkup pembelajaran
Disajikan secara terpisah, bagian perbaikan engan penekanan pada pencapaianketerampilan dasar
Disajikan secara utuh dengan penjelasan tentang keterkaitan antar bagian, dengan penekanan pada konsep-konseo utama
Kurikulum
Harus diikuti sampai habis
Pertanyaan dan konstruksi jawaban siswa adalah penting
Kegiatan pembelajaran
Berdasarkan buku teks yang sudah ditentukan
Berdasarkan beragam sumber informasi primer dan mateti-materi yang dapat dimanipulasi langsung oleh siswa
Kedudukan siswa
Dilihat sebagai sumber kosong tempat ditumpahkannya semua pengetahuan dari guru
Siswa dilihat sebagai pemikir yang mampu menghasilkan teori-teori tentang dunia dan kehidupan
Sistem guru
Guru mengajar dan menyebarkan informasi keilmuan kepada siswa
Guru bersikap interaktif dalam pembelajaran, menjadi fasilitator dan mediator bagi siswa
Penyelesaian masalah pembelajaran
Selalu mencari jawaban yang benar untuk memvalidasi proses belajar siswa
Guru mencoba mengert persepsi siswa agar dapat melihat pola pikir siswa dan apa yang diperoleh siswa untuk pembelajaran selanjutnya
Penilaian proses pembelajaran
Merupakan bagian terpisah dari pembelajarandan dilakukan hampir selalu dalam bentuk tes atau ujian
Merupakan bagian internal dalam pembelajaran, dilakukan melalui observasi guru terhadap hasil kerja melalui pameran kerja siswa dan portopolio
Aktivitas belajar siswa
Siswa lebih banyak belajar sendiri
Lebih banyak belajar dalam kelompok











Tidak ada komentar:

Posting Komentar